LEBAK- Ungkappublik.id – Jelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-80, suasana penjualan bendera Merah Putih di Kabupaten Lebak justru sepi pembeli.

Padahal, biasanya awal Agustus sudah menjadi masa panen bagi pedagang bendera musiman. Tahun ini, tren tersebut tak terjadi.

Fenomena ini terjadi bersamaan dengan viralnya bendera bajak laut ala anime One Piece yang sedang ramai di jagat media sosial.

Meskipun belum bisa dipastikan sebagai penyebab utama, para pedagang mulai merasakan dampaknya.

“Tahun lalu, tanggal segini saya udah repot melayani pembeli. Sekarang mah baru laku empat lembar,” ungkap Ujang, pedagang bendera musiman di Rangkasbitung, Senin (4/8/2025).

Ia mengaku tidak banyak yang secara langsung mencari bendera One Piece, tetapi ada satu-dua pengunjung yang sempat menanyakan keberadaannya.

“Enggak banyak sih yang nyari bendera One Piece. Cuma ya ada aja yang nanya. Saya jawab enggak jual. Tapi bisa jadi itu juga ngaruh sama sepinya bendera Merah Putih,” tambahnya.

Seiring naiknya budaya pop Jepang di kalangan remaja, banyak yang lebih tertarik pada aksesori bertema anime dibanding simbol-simbol nasional.

Bendera bajak laut dengan lambang tengkorak bertopi jerami, misalnya, mulai muncul di beberapa unggahan media sosial warga.

Walaupun tidak semua masyarakat mengikuti tren tersebut, suasana penjualan di pasar-pasar Lebak tetap terasa lesu.

“Biasanya orang pada borong umbul-umbul, tiang, sama bendera besar buat rumah. Sekarang mah paling nanya harga, terus lewat,” ujar Nia pedagang bendera di Pasar Rangkasbitung.

Untuk menyiasati kondisi ini, beberapa pedagang memilih menurunkan harga atau membuat desain kemasan lebih menarik agar tetap dilirik. Namun hasilnya belum terlalu signifikan.

“Saya coba kasih diskon, tapi tetap aja belum ada peningkatan. Mungkin orang-orang sekarang fokusnya bukan ke dekorasi kemerdekaan, ya,” lanjut Nia.

Tren ini menimbulkan pertanyaan: apakah semangat nasionalisme masih kuat di tengah arus budaya digital yang deras? Meski sebagian masyarakat tetap setia membeli bendera Merah Putih, nyatanya minat beli secara umum mengalami penurunan drastis.

Kondisi ini menjadi sinyal bahwa penyampaian nilai-nilai kebangsaan mungkin perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman, terutama bagi generasi muda yang hidup dalam pusaran tren global. (Red)